Rabu, 11 November 2009

Filosofi Kopi (versi saya)

(Saat membaca judul nya, pasti langsung teringat dengan salah satu novel Dee beberapa tahun lalu. Tapi saya tidak membicarakan perihal novel DEE meskipun masih ada hubungannya seperti judul cerpen yang ada di dalamnya)

Saya adalah pecinta kopi, bahkan dari dulu saya sangat menyukainya (meskipun sudah berkurang saat ini). Saya hanya penikmat, jangan pernah tanyakan saya perihal jenis kopi ataupun perbedaan antara esspresso, arabika, robusta, luwak atau yang lainnya. Yang saya tahu, kopi enak itu yang aromanya harum yang mampu membangunkan saya di pagi hari seperti di iklan-iklan dan juga tidak meninggalkan ampas yang berlebih.

Yah, meskipun setiap harinya saya harus 'menyerah' dengan kopi instan siap minum yang banyak dijual di warung dekat rumah dengan berbagai merek. Sejak tahun 2007 kedai kopi di Jakarta pun mulai bermunculan, ini pasti karena semakin banyak pecinta kopi setiap harinya. Atau mungkin hanya sekedar trend takut kalau dibilang 'gak gaul' kalau belum pernah atau bahkan gak pernah mencoba kedai kopi yang banyak bertebaran di mal-mal itu. Sampai suatu hari saya hadir dalam sebuah symposium kopi di Jakarta. Bukan karena kesengajaan, tapi lebih tepatnya saya 'kepleset' hingga akhirnya bisa mendatangi acara ini.

Suatu hari saya menulis 'coffe latte or hot chocolate' di situs jejaring sosial ini. Sebenarnya sih bukan tanpa alasan saya menulis demikian. Itu semua karena sebuah film yang saya tonton dan juga kedai kopi yang baru saja say adatangi(ini beneran kedai kaki lima loh!). Saya jadi teringat akan sebuah email dan beberapa artikel yang pernah saya baca dan semuanya tentang kopi. Hubungan jenis kopi dengan karakter si peminum dan juga apa efek dari kopi itu sendiri.

Ini penjabaran kopi menurut saya dari berbagai sumber yang.. hmm.. boleh dipercaya boleh tidak.. hehe

Espresso, merupakan salah satu kopi klasik yang pekat dan memiliki aroma dan citarasa yang kuat. Kalau ada yang menyebutkan kopi espresso, berarti ia menyebutkan 'kopi kopi', karena dalam bahasa Italia espresso memiliki arti kopi. Espresso ini adalah dasar dari minuman kopi lainnya. Untuk membuat espresso dibutuhkan mesin khusus (saya tidak tahu kalau tidak pakai mesin apakah bisa jadi espresso :p)

Espresso sebenarnya mirip dengan kopi tubruk. Bedanya espresso tidak ada ampas yang mengganggu di akhir tegukan. Tapi entah mengapa, saya lebih menyukai kopi tubruk dibandingkan dengan espresso itu sendiri. Yah, meskipun kadang sering dibilang ndeso, tapi memang itu adanya!

Konon katanya, mereka yang menyukai kopi jenis ini adalah orang yang memiliki pribadi yang penuh tanggung jawab, mandiri, namun tidak romantis. Hmm.. benarkah? Ah, itu semua kembali lagi kepada masing-masing orang (jangan terpengaruh yah ^^) Tapi kalau ada yang suka dengan kopi tubruk saya sedikit bisa menyimpulkan kalau ia adalah orang yang sederhana meskipun kadang tampak sedikit kasar tapi mampu mempengaruhi sekitar seperti aromanya yang tajam! (ini berdasarkan pengamatan saya terhadap si peminum kopi tubruk di daerah Bawen)

Cappucino, nama keren dari kopi susu. Perbandingan kopi, crema(busa susu) dan juga susu harus seimbang. Kalau kopi jenis ini cenderung ke kawula muda. Mungkin karena rasanya lebih ringan. Sedangkan coffee latte yah sebelas dua belas dengan cappucinno tapi kombinasinya lebih dominan susu. Dan biasanya, coffe latte disajikan dengan tampilan yang sangat menarik. Dengan hiasan-hiasan diatasnya atau latte art. (sampai detik ini saya masih tak habis pikir, kok bisa?!)

Oya, ada juga yang menghubungkan kopi dengan bintang lahir. Sampai sekarang sih saya tidak menemukan dimana korelasinya. Yah, kalau saya suka ya saya minum. Jika tidak, ya saya tinggalkan saja! Simple toh?! Sampai saat ini kopi yang saya bawa dari Bawen tetap yang menjadi 'raja' di rumah. Tidak terlalu pekat, rasanya juga lebih ringan(ini ukuran perut saya), dan juga harumnya itu yang bikin saya nagih lagi dan lagi..

041109

Tidak ada komentar:

Posting Komentar